thetikNews – Bangka Barat, Hingar bingar tulisan berbagai narasi yang dikemas dalam sebuah pemberitaan oleh para pekerja media atas kegiatan di masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan dan hajat hidup mereka. Kepiawaianya dalam menulis dijadikan senjata untuk merangsang pikiran publik agar percaya dan terpengaruh terhadap gagasan yang ia kemas dalam pemberitaan.
Penulisan Opini atau pendapat pribadi dalam narasi berita sangat mendominasi sehingga terkesan menyudutkan pihak lain yang ia anggap telah mengganggu pikirannya. Sementara, opini representatif atau pendapat yang lebih mengedepankan fakta serta mampu mengedukasi publik dikesampingkan. Yang lebih parahnya lagi ketika Sertifikasi yang dibanggakanya itu hanya sekadar untuk meyakinkan banyak orang bahwa dirinya lebih mampu dari rekan lainnya karena sudah meraih satu produk dari sebuah lembaga.
Keberadaanya yang mewakili masyarakat dan berfungsi sebagai sosial kontrol ( Watch Dog ) untuk memantau segala kegiatan penguasa, justru berbalik memantau sesama sosial kontrol bahkan masyarakat yang diwakilinya itu. Sangat miris sekali, namun begitulah fakta yang terjadi saat ini.
Salah satu anggota wartawan yang berada dibawah naungan Organisasi Pers Tertua yang saat ini tengah dalam kondisi gonjang – ganjing sangat gencar menayangkan pemberitan atas kegiatan tambang rakyat yang pada hakekatnya bukan untuk mencari kekayaan, namun hanya sekadar untuk bertahan hidup, ketika perekonomian negeri tengah terpuruk seperti kondisi yang terjadi saat ini.
Banyak pihak yang menyayangkan dengan apa yang ia lakukan melalui pemberitaanya yang bertubi tubi terhadap masyarakat lokal ( Bangka Belitung ) pelaku penambangan rakyat yang hanya memakai peralatan tambang tradisional. Ketua Forum Komunikasi Pewarta Warga Bangka Belitung ( FKPW Babel )yang juga Wakil Ketua Aliansi Wartawan Muda Bangka Belitung ( Awam Babel) dalam komentarnya memberikan tanggapan, bahwa masyarakat pelaku penambangan rakyat yang bertaktivitas di beberapa perairan laut di Pulau Bangka Belitung bukanlah pelaku kejahatan, karena masyarakat penambangan rakyat itu hanya sebatas mencari makan di negerinya sendiri untuk bertahan hidup ditengah sulitnya pekerjaan dan perekonomian saat ini.
“ Mereka adalah masyarakat lokal (bangka belitung,red) yang hanya sebatas mencari makan demi menyambung hidup mereka dan keluarganya. bukan penjahat yang merugikan negara, lokasi yang mereka kerjakan melalui peralatan tradisional seperti di perairan Keranggan, Tembelok, Merbuk, Kenari jyang bukan kawasan larangan untuk ditambang oleh masyarakat pelaku tambang rakyat,” ucap Hendra
“ Sebagai Sosial Kontrol Tugas Kita sebagai pewarta adalah mempublikasi segala informasi dan fakta yang terjadi di masyarakat, namun ada satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, keberadaan kita yang juga adalah bagian dari masyarakat itu sendiri tetap harus bijak melihat keadaan situasi dan kondisi yang terjadi dan dialami oleh masyarakat kita saat ini.,” ungkapnya.
“ Ketika kita tahu dan kita lihat begitu banyak para koruptor, pembegal uang rakyat, carut marut pembangunan proyek oleh para kontraktor, maka sudah seharusnya kita sebagai wartawan menjalankan tugas dan fungsi kita. Namun kenyataan yang kita temui hanya sedikit diantara kita yang mau mempublikasi kasus – kasus itu. Contoh lain yang sangat nyata adalah kasus yang terjadi di tubuh organisasi pers tertua PWI yang dikenal dengan sebutan UKW Gate, beberapa waktu lalu, hingga kini belum ada tindakan apapun dari para penegak hukum, dan saat itu juga sepi pemberitaan baik dari media mainstren maupun media nasional,” ucapnya sambil memberikan contoh- contoh kasus yang seharusnya menjadi prioritas pemberitaan, sehingga dapat menjadi atensi bagi para Penegak Hukum untuk segera ditindaklanjuti.. ( awam babel/fkpw babel,red tj)